PENDIDIKAN BIOLOGI STAR: Biologi Sel: Tahukah kamu apa itu sel, serta bagaimana struktur dan fungsinya?

October 5, 2015

Biologi Sel: Tahukah kamu apa itu sel, serta bagaimana struktur dan fungsinya?

Kali ini bahasan kita menyangkut biologi sel. Sudahkah kamu tahu apa itu sel, dan bagaimana struktur serta fungsinya?
Posting ini dikhususkan bagi anda yang ingin tahu apa itu sel, bagaimana struktur sel dan fungsi sel.

Sel merupakan unit terkecil dalam kehidupan. Di dalam sel terdapat suatu zat hidup yang dinamakan protoplasma. Protoplasma merupakan gabungan dua kata yang berasal dari Yunani, yakni protos artinya pertama dan plasm artinya bentuk.

Secara umum, struktur sel makhluk hidup terbagi dalam dua jenis, meliputi sel prokariotik dan sel eukariotik. Prokariotik (prokaryote) berasal dari bahasa Yunani, yakni pro artinya ‘sebelum’ dan karyon artinya ‘kernel’ atau ‘nukleus’. Berdasarkan asal kata tersebut, sel prokariotik diartikan sebagai sel makhluk hidup yang tidak bernukleus.

Ciri-ciri sel prokariotik adalah materi genetiknya berada di dalam nukleoid, tidak bermembran, dan tidak memiliki beberapa organel khusus, seperti mitokondria, kloroplas, retikulum endoplasma, aparatus Golgi, lisosom, dan peroksisom. Di samping itu, sel prakoriotik memiliki materi genetik seperti DNA dan RNA, DNA plasmid, dan beberapa organel sel, semisal ribosom, dinding sel, mesosom, dan kromatofor yang berfungsi sama dengan kloroplas dan mitokondria. Makhluk hidup yang berjenis sel prakoriotik, misalnya bakteri dan alga hijau biru.

Sebaliknya, sel eukariotik (Yunani: eu, berarti sebenarnya) merupakan sel makhluk hidup bernukleus yang diselaputi membran. Di dalam membran ini terdapat cairan yang disebut sitoplasma. Contoh sel eukariotik adalah protozoa (seperti amoeba, fl agellata, ciliata), sel hewan, dan sel tumbuhan.

Telah disebutkan di depan bahwa protoplasma sel tersusun oleh membran sel, sitoplasma, dan organel sel. Kita dapat mengetahui struktur dan fungsinya dengan menyimak dan memahami uraian berikut.

a. Membran Sel

Struktur Membran Sel

Membran sel disebut juga membran plasma. Membran sel merupakan bagian sel yang terletak pada bagian terluar. Sebagian besar bagian sel ini dimiliki oleh sel organisme eukariotik. Membran sel merupakan pembatas antara bagian dalam sel dengan lingkungan luarnya. Fungsinya antara lain melindungi isi sel, pengatur keluar-masuknya molekul-molekul, dan juga reseptor rangsangan dari luar. Bagian khusus membran sel yang berfungsi sebagai reseptor adalah glikoprotein. Glikoprotein merupakan bagian membran sel yang tersusun atas karbohidrat dan protein. Selain itu, pada membran plasma terdapat glikolipid yang tersusun atas karbohidrat dan lemak.

Membran sel tersusun atas molekul yang disebut lipoprotein. Lipoprotein merupakan senyawa kimia yang terdiri atas lemak fosfolipid dan protein. Letak molekul lemak berada di tengah membran. Karena itu, membran ini dinamakan fosfolipid lapis ganda (bilayer fosfolipid). Di sebelah luar dan sebelah dalam lapisan lemak pada membran sel terdapat dua lapisan protein, yakni protein integral dan protein periferal. Protein membran yang terbenam di antara lapisan lemak disebut protein integral. Sementara, protein yang menempel pada lapisan lemak disebut protein tepi (protein periferal). Pada bagian luar membran plasma terdapat karbohidrat yang melekat pada protein. Di samping itu, karbohidrat juga melekat pada fosfolipid.

Fosfolipid merupakan bagian membran plasma yang memiliki kepala dan ekor. Bagian kepala fosfolipid bersifat hidrofi lik atau suka air, sedang kan bagian ekornya bersifat menolak air atau hidrofobik. Membran sel berbentuk tak simetris. Walau demikian, berbagai zat yang masuk dan keluar dari sel dapat terseleksi dengan baik. Zat yang masuk melalui fosfolipid lapis ganda meliputi molekul-molekul hidrofobik. Sementara, zat yang tertolak misalnya saja ion Na+, K+, dan Cl-. Kemampuan ini dimiliki karena membran sel bersifat selektif permeabel.

b. Sitoplasma

Sitoplasma merupakan cairan yang mengelilingi inti sel dengan membran sel sebagai batas luarnya. Dasar penyusunnya ialah sitosol yang bersifat koloid. Di dalam sitosol terdapat ion sederhana misalnya sodium, fosfat dan klorida, molekul organik seperti asam amino, ATP dan neuklotida, dan tempat penyimpanan bahan. Sitosol dapat berubah dari fase sol (cair) ke fase gel (semi-padat) atau juga sebaliknya.

Cairan sitosol yang lebih pekat dan berbatasan dengan membran sel dinamakan ektoplasma. Keberadaan sitoplasma bagi sel amatlah penting. Ini ditunjukkan dengan beragamnya fungsi yang dimiliki, antara lain: tempat penyim panan bahan-bahan kimia yang berguna saat proses metabolisme sel (seperti enzim, protein, dan lemak), tempat berlangsungnya reaksi metabolisme, dan tempat organel-organel untuk bergerak dan bekerja sesuai fungsinya.

c. Organel Sel

Organel sel menyusun setiap sel makhluk hidup prokariotik dan eukariotik. Organel sel prokariotik telah kita singgung di depan, sementara sel eukariotik memiliki beberapa organel sel khusus. Organel sel eukariotik meliputi nukleus, retikulum endoplasma, mitokondria, plastida, aparatus Golgi/badan Golgi, lisosom, badan mikro, sentriol, kloroplas, mikrotubulus, dan mikrofilamen.

Sel tumbuhan mempunyai beberapa organel yang khas seperti adanya dinding sel, vakuola, dan kloroplas. Sedangkan sel hewan tidak memiliki ketiga organel tersebut. Sel hewan bisa mempunyai vakuola dengan ukuran sangat kecil. Sel hewan juga bisa memiliki dua vakuola misalnya hewan bersel satu. Organel sel makhluk hidup dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yakni organel sel bermembran dan tidak bermembran. Mari kita perhatikan ulasan berikut.

1) Organel Sel Bermembran

Organel sel bermembran dari makhluk hidup antara lain; nukleus, retikulum endoplasma, aparatus Golgi, mitokondria, lisosom, badan mikro, vakuola, dan kloroplas.

a) Nukleus (Inti Sel)

Nukleus

Nukleus atau inti sel merupakan orga nel sel terbesar dibanding organel sel lainnya. Diameter nukleus berkisar antara 10 sampai 20 mikron. Nukleus ini berbentuk bulat oval. Bagian-bagian yang melapisi nukleus meliputi membran inti, nukleoplasma, dan nukleolus (anak inti).

Membran inti atau karioteka merupakan lapisan pembungkus inti sel. Pada permukaannya terdapat pori-pori yang berfungsi sebagai tempat keluar-masuknya molekul dari sitoplasma ke nukleoplasma. Membran inti ini berhubungan dengan membran sel melalui organel yang disebut retikulum endoplasma.

Di dalam nukleus terdapat cairan yang dinamakan nukleoplasma. Cairan nukleoplasma tersusun dari air, asam inti, protein, dan enzim. Sifat cairannya adalah gel. Pada nukleoplasma bisa ditemui benang kromatin. Saat sel mengalami pembelahan, benang kromatin ini akan mengalami penebalan sehingga membentuk kromosom. Kromosom merupakan zat yang berisi materi genetik.

Nukleoplasma menyelubungi bagian penting sel yang disebut nukleolus (anak inti). Setiap nukleolus memiliki peran dalam pembentukan protein, semisal RNA ribosom (disingkat RNAr) dan RNA. RNA ribosom merupakan salah satu bahan pembentuk ribosom. Saat pembelahan sel secara mitosis, tepatnya saat fase profase, nukleolus lenyap atau hilang. Namun, saat fase interfase, nukleolus terbentuk kembali.

Di dalam sel, nukleus memiliki peran penting, antara lain:
  • menjadi pusat kontrol sel pembawa perintah sintesis protein dalam inti DNA
  • memperbaiki sel yang rusak dalam nukleolus
  • memengaruhi produksi ribosom dan RNA, dan
  • berperan dalam pembelahan sel.


b) Retikulum Endoplasma

Retikulum Endoplasma "Serba Nyaho"
Antara organel sel satu dengan organel sel lainnya, seperti nukleus dan membran sel, dihubungkan oleh organel yang disebut retikulum endoplasma (RE). RE merupakan sebuah sistem membran kompleks yang membentuk kantong pipih dan meluas hampir menutupi sitoplasma. RE memiliki jaringan tubula dan gelembung membran yang disebut sisterne.

RE terbagi atas dua macam, yakni RE kasar dan RE halus. Permukaan RE kasar tertutup oleh ribosom, sedangkan permukaan RE halus tidak tertutupi oleh ribosom.

RE kasar berfungsi sebagai penampung protein skretoris yang telah disintesis oleh ribosom. Protein ini akan dimasukkan ke dalam kantong pipih yang disebut lumen RE. RE kasar juga berperan dalam produksi membran yang ditranspor ke organel lainnya. Membran yang demikian dinamakan membran RE. Berbeda dengan RE kasar, RE halus memiliki beberapa fungsi, antara lain: mensintesis berbagai zat seperti lemak, kolesterol, fosfolipid, dan steroid; metabolisme karbohidrat, misalnya proses penyimpanan karbohidrat dalam bentuk glikogen pada sel hati; dan membantu proses penetralan obat dan racun yang biasa terjadi pada RE sel hati.

Namun demikian, RE kasar dan RE halus mempunyai fungsi yang sama, yakni sebagai alat transpor molekul dari satu sel ke sel lain, memproduksi antibodi, dan berperan dalam proses glikolasi yaitu penambahan gula pada molekul protein.

c) Aparatus Golgi

Aparatus Golgi

Protein yang dihasilkan ribosom akan ditranspor melewati aparatus Golgi. Di dalam aparatus Golgi tersebut, protein diproses dan disimpan, kemudian dikirim ke organel lainnya. Dinamakan aparatus Golgi karena ditemukan oleh ilmuwan yang bernama Camilio Golgi. Organel ini disebut pula badan Golgi atau diktiosom. Secara struktural, aparatus Golgi tersusun atas kantong pipih bertumpuk-tumpuk yang disebut sisterne.

Pada proses metabolisme sel, aparatus Golgi berfungsi sebagai penerima dan pengirim vesikula transpor yang berisi protein. Selain itu, aparatus Golgi dijadikan tempat terjadinya glikolasi. Glikolasi merupakan suatu proses modifi kasi protein seusai protein disintesis dengan mereaksikan bersama glikosilat (gula). Hasil glikolasi yang berupa glikoprotein disimpan dan selanjutnya dikirimkan ke luar sel oleh vesikula transpor.

Di samping fungsi tersebut, aparatus Golgi dapat pula berperan dalam pembentukan lisosom dan berbagai enzim pencernaan yang belum aktif, misalnya enzim zymogen dan koenzim. Sebagian besar badan Golgi terdapat pada sel-sel sekretori, sehingga produknya banyak disekresikan. Sebagai contoh, sel sekretori pada kelenjar pencernaan yang mengeluarkan enzim-enzim pencernaan, misalnya laktase dan peptidase. Badan Golgi juga ada yang terdapat pada sel-sel pankreas yang mengeluarkan tripsin dan lipase, termasuk juga pada kelenjar air mata yang mengeluarkan antibodi.


d) Lisosom

Lisosom "Biologi Sel"

Lisosom (lysis = pemisahan, pembelahan, soma = tubuh) adalah badan berbentuk bulat seperti kantong kecil dengan diameter 0,1 sampai 1 mikron. Di dalam lisosom terdapat 50 enzim dan kebanyakan adalah enzim hidrolitik yang bersifat asam. Enzim hidrolitik digunakan lisosom untuk mencerna makromolekul saat pencernaan intraseluler. Contoh enzim hidrolitik adalah lipase, protase, nuklease, dan fosfatase. Sementara, makromolekul yang dihidrolisis misalnya protein, polisakarida, lemak, dan asam nukleat.

Di dalam sel, lisosom berperan saat terjadi fagositosis. Fagositosis merupakan proses pencernaan yang dilakukan makhluk hidup dalam memakan organisme atau zat makanan yang lebih kecil dari tubuhnya. Pada makhluk hidup uniselluler, proses fagositosis terjadi pada Amoeba. Sementara pada manusia, proses ini terjadi pada sel makrofaga, yakni suatu sel yang berperan dalam pertahanan tubuh dari bakteri perusak dan penyerang lainnya.

Selain proses fagositosis, lisosom juga berperan dalam proses autofagi. Autofagi adalah proses daur ulang materi organik oleh enzim hidrolitik secara individual. Di dalam tubuh manusia, proses autofagi misalnya terjadi pada sel hati. Di dalam sel, lisosom juga mampu mencerna partikel-partikel yang masuk secara endositosis dan penge luaran enzim secara eksositosis. Misalnya, saat terjadi pembentukan tulang keras dari tulang rawan.

Lisosom dapat pula melakukan autolisis. Autolisis juga termasuk proses yang terjadi pada lisosom. Autolisis merupakan proses penghancuran bagian tertentu suatu makhluk hidup secara mandiri. Contohnya, perusakan sel ekor katak saat masih berudu.

e) Mitokondria

Mitokondria "Biologi Sel"

Mungkin kalian pernah melihat sosis, makanan yang bahan bakunya dari daging berbentuk bulat lonjong. Bentuk mitokondria hampir menyerupai sosis.

Di dalam sel, mitokondria berperan dalam proses respirasi aerob yang menggunakan oksigen. Untuk itu, mitokondria memiliki jumlah lebih dari satu di dalam sel. Variasi jumlahnya bergantung pada tingkat metabolismenya. Andaikan kebutuhan energi sel besar, jumlah mitokondria di dalam sel sangat banyak. Sebaliknya, apabila kebutuhan energi sel kecil, jumlah mitokondria sedikit.

Secara struktural, sebuah mitokondria dibungkus oleh selapis membran rangkap. Membran rangkap ini terdiri atas membran luar yang halus dan membran dalam yang berlekuk-lekuk. Membran dalam mitokondria dinama kan krista. Krista memiliki lekukan yang banyak jumlahnya. Fungsi krista adalah memperluas permukaan saat berlangsung respirasi. Dengan begitu, hasil respirasi seluler yang diperoleh dapat meningkat.

Membran dalam mitokondria terbagi menjadi dua ruangan, yaitu ruang intermembran dan ruang matriks mitokondria. Ruang intermembran adalah ruang sempit yang berada di antara membran dalam dan membran luar. Sedangkan ruang matriks mitokondria diselubungi oleh membran dalam. Pada matriks mitokondria ini terdapat enzim pernapasan yang disebut sitokrom, sehingga oksidasi asam lemak dapat berlangsung. Enzim sitokrom ini berfungsi sebagai pengontrol siklus asam sitrat yang mengandung protein.

f ) Badan Mikro
Sesuai namanya, badan mikro berukuran kecil dengan diameter 0,3 hingga 1,5 mikron. Organel ini terbungkus oleh selapis membran yang terdiri atas peroksisom dan glioksisom.

Perioksisom mengandung banyak enzim katalase. Enzim katalase berperan untuk menguraikan hidrogen peroksida (H2O2) sehingga menjadi netral dari racun. Selain itu, enzim katalase juga berperan dalam metabolisme lemak dan fotorespirasi. Perioksisom dapat kita temukan pada sel hewan dan sel tumbuhan. Pada sel hewan, banyak perioksisom terdapat pada sel hati, sel otot, dan sel ginjal. Perioksisom ini sangat terkait dengan relitikulum endoplasma. Sebab, peroksisom merupakan membran yang dihasilkan retikulum endoplasma.

Sementara itu, glioksisom terdapat banyak pada sel tumbuhan yang berlemak, misalnya saja pada biji. Di dalamnya terdapat enzim katalase dan oksidase yang berperan dalam metabolisme lemak yakni mengubah lemak menjadi gula. Energi hasil metabolisme ini digunakan saat perkecambahan biji.

g) Vakuola

vakuola sentral "Sel"

Vakuola merupakan organel dalam sel yang berisi cairan. Di dalam vakuola terdapat membran yang disebut tonoplas. Organel ini banyak terdapat pada sel tumbuhan. Kalau pun ada pada sel hewan, bentuk vakuolanya amat kecil.

Sebuah vakuola tumbuhan berisi larutan garam mineral, gula, asam amino, bahan sisa (seperti tanin) dan beberapa pigmen seperti antosianin.

Setiap sel tumbuhan memiliki bentuk vakuola yang amat beragam. Vakuola sel tumbuhan dewasa berbentuk besar, sedangkan vakuola tumbuhan muda berbentuk kecil. Semakin tua usia tumbuhan, maka vakuolanya akan bertambah besar, bahkan bisa menjadi bagian yang dominan dalam sel. Pada sel tumbuhan, vakuola memiliki berbagai fungsi, antara lain: sebagai tempat menyimpan cadangan makanan dan ion anorganik, seperti gula, protein, kalium, dan klorida; sebagai osmoregulator yakni penjaga nilai osmotik sel; dan berperan dalam proses sekresi hasil sisa metabolisme yang membahayakan sel.

Untuk menarik datangnya serangga penyerbuk, sebagian vakuola sel tumbuhan memiliki pigmen. Contohnya, pigmen merah dan biru pada mahkota bunga. Sebaliknya, supaya hewan pemangsa tidak datang mendekat, vakuola sel tumbuhan mengandung senyawa beracun dan bau tak sedap.

Pada sel hewan, vakuola hanya terdapat pada hewan uniselluler saja. Contohnya adalah protozoa. Fungsi vakuola adalah sebagai vakuola pencernaan makanan (vakuola non-kontraktil). Selain itu, protozoa juga memiliki vakuola berdenyut (vakuola kontraktil) yang berperan dalam pengaturan tekanan osmotik sitoplasma.

h) Kloroplas

Kloroplas "Organel fotosintesis"

Selain vokuola, ciri organel khas yang dimiliki sel tumbuhan adalah kloroplas. Kloroplas termasuk pada sebuah kelompok organel besar yang disebut plastida. Pada sel tumbuhan, kloroplas ini tersebar pada cairan sitoplasma. Kloroplas memiliki diameter sekitar 5 sampai 10 mikro meter. Hampir setiap sel tumbuhan mengandung kloroplas dengan jumlah 20 hingga 40 buah.

Secara struktural, kloroplas memiliki membran rangkap yang disebut selubung kloroplas. Selubung kloroplas ini tersusun atas membran luar dan membran dalam. Untuk membran dalamnya, memiliki struktur yang sama dengan membran sel. Kloroplas juga mempunyai dua bagian, yakni bagian grana dan stroma. Grana merupakan tumpukan sejumlah tilakoid.

Tilakoid adalah suatu kantong yang berbentuk pipih. Adapun, stroma merupakan cairan yang berada di luar tilakoid. Di dalam stroma terkandung berbagai macam zat, misalnya enzim, asam-asam organik, dan karbohidrat hasil fotosintesis dalam bentuk tepung.

Bagi tumbuhan, kloroplas mempunyai peran penting terutama saat terjadi fotosintesis. Sebab, di dalam kloroplas terdapat klorofil berpigmen hijau dan pigmen fotosintetik lainnya. Klorofil dan pigmen fotosintetik ini terdapat pada sistem membran dan stroma.

Pada proses fotosintesis, klorofil dan karotenoid akan menyerap energi cahaya matahari yang selanjutnya diubah menjadi energi kimia. Klorofil menyerap sinar merah, biru, dan ungu, sementara sinar hijau dipantulkan. Sehingga, warna yang terlihat pada klorofil adalah warna hijau.

Berbeda dengan klorofil, karatenoid memiliki banyak pigmen, seperti ungu, biru, kuning, oranye, merah dan coklat. Di antara warna tersebut, warna yang diserap karatenoid hanyalah warna ungu dan biru. Karatenoid ini banyak terdapat pada bunga dan buah tumbuhan. Selain menyerap warna, karatenoid juga berperan dalam melindungi klorofil dari sinar matahari yang terlalu kuat.

Beberapa jenis plastida selain klorofil adalah sebagai berikut.
  1. Kromoplas, yakni plastida yang berpigmen merah, jingga atau kuning, dan biasanya terdapat pada buah tomat dan wortel.
  2. Leukoplas, merupakan plastida yang tidak memiliki pigmen. Plastida ini terletak pada jaringan yang tidak terkena cahaya. Selain itu, leukoplas terdapat pula pada sel-sel embrional empulur batang. Kemudian, plastida ini terdapat pula pada bagian tanaman yang berwarna putih di dalam tanah.
  3. Amiloplas, adalah plastida yang tak berpigmen dan mengandung banyak amilum. Nah, inilah uraian struktur dan fungsi berbagai organel sel bermembran. Untuk selanjutnya, kita akan membahas struktur dan fungsi organel sel yang tidak bermembran.


2) Organela Sel Tak Bermembran

Pada sel makhluk hidup, terdapat pula organel yang tidak bermembran, antara lain: ribosom, sitoskeleton, sentriol dan dinding sel. Pahami penjelasannya berikut.

a) Ribosom

Ribosom "Organel sel"

Ribosom merupakan organel sel yang bentuknya kecil berupa butiran nukleoprotein. Pada sel eukariotik, ribosom berbentuk bulat dengan diameter 25 nm, sedangkan pada sel prokariotik lebih kecil lagi. Ribosom tersusun atas subunit besar dan subunit kecil. Di dalamnya, berisi RNA ribosom (RNAr) dan protein. Fungsi utamanya adalah sebagai tempat sintesis protein.

Pada permukaan ribosom, butiran nukleoprotein memiliki dua letak persebaran. Butiran nukleoprotein yang tersebar bebas pada sitoplasma disebut ribosom bebas. Sementara, butiran nukleoprotein yang menempel pada permukaan retikulum endoplasma disebut ribosom terikat. Ribosom bebas berperan dalam proses sintesis enzim. Enzim yang dihasilkan berfungsi menjadi katalisator di dalam cairan sitosol. Adapun ribosom terikat berguna dalam sintesis protein.

b) Sitoskeleton

Sitoskeleton "Organel sel"

Salah satu organel yang cukup penting keberadaannya dalam sel adalah sitoskeleton. Sitoskeleton merupakan struktur rangka sel yang berbentuk jalinan serabut. Strukturnya membentang dalam sitoplasma.

Di dalam sel, sitoskeleton memiliki beberapa fungsi. Fungsi itu antara lain sebagai pendukung pergerakan sel dan penjaga kestabilan bentuk sel, atau menjadi rangka sel dan pemberi bentuk sel; pemberi kekuatan mekanik sel dan pembantu motilitas sel (gerakan substansi dari satu bagian ke bagian lain); menjaga keseluruhan organel sel supaya tetap pada posisinya; dan membantu gerakan kromosom ke arah kutub saat pembelahan sel.

Berdasarkan fungsinya, sitoskeleton memiliki tiga jenis serabut, meliputi mikrotubulus, filamen antara (serabut antara), dan mikrofilamen (filamen aktin).

  1. Mikrotubulus; Bentuk mikrotubulus adalah tabung berongga dengan diameter 25 nm. Panjang tubuhnya antara 200 nm sampai 25 µm. Mikrotubulus mempunyai suatu protein yang disebut tubulin. Tubulin terdiri atas dua macam, yakni alpha-tubulin dan betatubulin. Mikrotubulus ini berfungsi mempertahankan bentuk sel; berperan saat motilitas sel, seperti silia atau flagela; dan membantu pergerakan kromosom saat pembelahan sel.
  2. Filamen antara; Filamen antara disebut juga dengan serabut antara atau filamen intermediet. Diameter serabut antara lebih besar dibandingkan diameter mikrofilamen. Namun, bila dibandingkan dengan diameter mikrotubulus, serabut antara memiliki diameter yang lebih kecil, yakni 8-10 nm. Sebagian besar bahan penyusun filamen antara dalam sel adalah fimentin. Berbeda dengan lainnya, filamen antara pada sel kulit bernama protein keratin. Fungsi filamen antara misalnya sebagai penguat bentuk kerangka sel saat beraktivitas dan pemerkokoh posisi organel dalam sel.
  3. Mikrofilamen; Serabut sitoskeleton yang terdiri atas bola-bola molekul protein disebut mikrofilamen. Serabut ini dinamakan pula filamen aktin. Sebab, mikrofilamen tersusun dari protein aktin, meskipun sebagian kecil juga terbuat dari miosin. Fungsi utama mikrofilamen adalah sebagai penahan tegangan (gaya tarik) saat sel bergerak dan bermanfaat saat proses pengaliran sitoplasma.


c) Sentriol

Sentrol "Organel sel"

Sentriol memiliki struktur dasar yang sama seperti tubuh dasar sili, yakni berbentuk silinder. Sentriol ini tersusun atas mikrotubulus seperti jala. Hanya sel hewan saja yang memilikinya. Di dalam sel, sentriol memiliki jumlah sepasang yang disebut sentrosom.

Saat terjadi pembelahan sel, sentriol membentuk benang gelondong atau benang spindel. Kedua ujung benang ini mempunyai tempat pelekatan yang berbeda. Ujung yang satu melekat pada sentriol, sedangkan ujung yang lain melekat pada kromosom.



d) Dinding Sel

dinding sel "biologi sel"

Dinding sel merupakan organel yang berada pada sel tumbuhan, sementara sel hewan tidak memilikinya. Dinding sel bersifat kaku, sehingga bentuk sel tumbuhan tidak mudah berubah. Ketebalannya berkisar 0,1 µm. Bagi sel tumbuhan, dinding sel berfungsi sebagai pelindung dan pencegah dari penghisapan air yang berlebihan sehingga sel tetap utuh. Berdasarkan jenisnya, dinding sel ada dua, yaitu dinding sel primer dan dinding sel sekunder. Dinding sel primer terbentuk saat sel membelah, sedangkan dinding sel sekunder terbentuk setelah sel mengalami penebalan.

Saat masih muda, dinding sel tersusun oleh selulose polisakarida (lignin dan pektin) yang memiliki daya renggang. Akibatnya, dinding sel berbentuk tipis dan lentur. Antara dinding sel satu dengan dinding sel lainnya dipisahkan oleh lamela tengah.

Lamela tengah tersusun dari gel yang berisi magnesium dan kalsium pektat. Antara dinding sel yang satu dengan lainnya dihubungkan oleh pori-pori yang memiliki benang plasma atau plasmodermata. Adanya plasmodemata memberikan peluang zat antarsel bergerak. Sementara itu, dinding sel sekunder berada di antara membran plasma dan dinding primer. Di dalam dinding sekunder terdapat jaringan xilem dan sklerenkim. Sehingga, selulosa dinding sekunder bisa mengalami penebalan oleh zat lignin (zat kayu) melalui proses lignifi kasi. Melalui proses ini, dinding sekunder sel menjadi keras, kaku, dan tahan tekanan.